Hari ini saya jalan kaki dari Terminal Leuwi Panjang ke Gerbang Tol Mochammad Toha, Bandung. Bukan perjalanan yang menyenangkan. Sepanjang jalan melihat selokan-selokan dengan air menghitam dan bau, anak-anak punk dekil pada merokok di pinggir jalan, gelandangan yang lagi tidur, berlatar gedung dealer mobil Mazda dan Chevrolet.Continue Reading
Jalan-jalan
Cerita-cerita waktu jalan-jalan ke luar Garut
Argopuro, 5 – 12 Mei 2014
Catatan Pendakian Gunung Argopuro ini sempat di posting di blog yang lama, sekarang saya posting ulang di blog yang baru ini. Semoga bermanfaat, selamat membaca 🙂
Argopuro Hari ke-1 : Twists of the Beginning
“Argopuroo!!!”,
Teriak seorang bapak tukang becak sambil bertepuk tangan dengan girang, dipinggir jalan Alun-alun Besuki, ketika melihat kami turun dari bis dengan menenteng tas-tas besar.
Dengan sedikit terkejut, teriakan itu bagi kami artinya seperti,
“Welcome Wanderers, this mountain has awaited you for so long… Yes, you belong here, and we love you all!!”
Sambutan menggetarkan yang bakal kami ingat hingga akhir pendakian, 6 hari ke depan. Alun-alun Besuki yang sepi di pagi hari itu mendadak menjadi riuh rendah didatangi tiga pendaki asal Jawa Barat yang over-excited.
Shakti Nuryadin, dipanggil Gege, 24, pemimpin pendakian. Dua minggu lagi akan resmi menjadi bagian dari world leading oil service company, Schlumberger. Totalitas dalam pendakian kali ini untuk tabungan kenangan beberapa masa ke depan, ketika sebagian besar waktunya nanti mungkin akan dihabiskannya di kilang-kilang minyak lepas pantai.
Nasrul Mumin Gumati, 25, fotografer merangkap chef. Owner dari Magnum Opus Creative Labs. Setengah jam sebelum pemberangkatan kereta api menuju Jawa Timur, Nasrul menyatakan cintanya pada seorang wanita, dan ditolak. Satu minggu pendakian ini adalah antithesis untuknya. (Update Maret 2017!! Nasrul sudah menikah, woohoo…!)
Saya, Fajrin Yusuf Muttaqin, 24, well, dari dua sebelumnya, saya memang yang paling berpengalaman dalam pendakian, jadi saya bertindak sebagai penasihat saja, bergerak di depan untuk membuka jalan, memberi opsi, dll. Motivasi naik gunung kali ini adalah menemani Gege dan Nasrul, karena kalau tidak ditemani, tentu mereka tidak akan berangkat.
Nyamuk-Nyamuk di Depan Stasiun Kota Baru Malang
Stasiun Kota Baru Malang.
Kata kakak saya, hanya nyamuk perempuan yang menggigit manusia. Itupun bukan karena lapar, tapi karena para nyamuk perempuan membutuhkan protein dalam darah manusia untuk meneruskan keturunannya. Atas alasan itulah, kakak saya membiarkan para nyamuk di kamar kostnya untuk menggigitinya setiap malam. Selain juga agar beliau bisa menyombongkan dirinya; hei saya setiap malam dikerubungi wanita loh…
nyamuk wanita.
Rinjani, 20-24 Agustus 2016
Naik gunung dulu seringkali disertai urgensi untuk menyingkir dari keriuhan manusia; mencari tempat sejati diantara pepohonan; mendekat ke langit tanpa meninggalkan bumi; membekukan cinta akan kehangatan dunia; dan hal-hal melankolis semacam itu.
“Nyatanya sekarang naik gunung sudah jadi lifestyle saja; kegiatan turistik biasa.”, begitu kata seorang teman saya.
Hmm, mungkin saja sih. Toh, semakin tua, sepertinya kadar kelabilan emosi kita semakin menurun. Semakin banyak pengalaman pahit, kita pun semakin dewasa, semakin stabil. Mungkin begitu. Semakin dewasa, kita semakin malas untuk “mencabut Semeru hingga ke akarnya”. Yah, lagipula untuk apa?
Semakin dewasa, hidup kita sendiri sepertinya sudah mengakar. Jangankan mencabut Semeru dari akarnya, mencabut akar hidup kita pun sulit. Begitupula dengan naik gunung. Kegiatan yang dulunya hanya berlandaskan kelabilan emosi, kini sepertinya sudah mengakar saja bagi saya…
***