Api Unggun

Tentang si penjaga api unggun,
yang setiap malam berkisah,
kumpulkan anak-anak ceria,
duduk rapi putari bahang api,
peluk hangat benih mimpi-mimpi.

Rindu berwindu si unggun kayu,
purnama tak lagi bawa telinga,
anak-anak disemai ternaknya,
berai kirana dibias api berhias,
peluk erat sisa denyut-denyut.Continue Reading

Share

Bersih-bersih

Bersih-bersih

Jam 10 malam, Darma pulang ke kontrakannya dan melihat temannya, Aya, masih di depan laptopnya. Darma penasaran mengintip layar laptop Aya dan hanya dengan sekilas saja Darma tahu Aya sedang membuka laman Facebook. Sejak ditinggalnya sesudah Isya tadi, posisi Aya masih sama, bahkan sepertinya masih di laman yang sama.

“Ngapain sih, Ya?” tanya Darma.

“Facebook cleansing,” jawab Aya pendek. Darma tidak tahu persis apa maksudnya, dan tidak terlalu peduli juga.Continue Reading

Share

Cinta yang Zahir

Mungkin ini tulisan ketiga saya yang sumber tenaganya berasal dari novelnya Paulo Coelho (dan mungkin yang terakhir karena saya jadi males baca buku beliau lagi), setelah the Alchemist vs the Al-Qur’an dan Veronika yang Memutuskan Mati (yang tulisannya tidak dipublish di blog ini). Kali ini buku yang menjadi alasan saya menulis ini adalah novel beliau yang berjudul the Zahir. Walaupun demikian, tulisan ini bukan tentang buku tersebut. Hanya saja memang karena buku itulah saya menulis ini. Kalian tidak perlu membaca buku itu dulu untuk mengerti tulisan saya ini, dan saya juga tidak sedang merekomendasikan kalian untuk baca buku ini.

Malahan, jika pada dua buku sebelumnya saya ingin mengomentari dan memberi alternatif sisi filosofis yang ditonjolkan buku melalui pendapat filosofis pribadi, pada buku ini, saya hanya tidak tahan ingin memberi kritik pedas karena filosofi tentang cinta di buku ini, setidaknya menurut saya, sangat dangkal dan, walaupun ceritanya (dikesankan) fiksi, sangat sulit diterima. Tapi yah, kalian bisa jadi punya pendapat berbeda kalau baca buku ini dan itu sah-sah saja.Continue Reading

Share

Pohon Amanah

Pohon Amanah
oleh: Fajrin Y. M.

Kita ini sekuat pohon.
Akar kita merajut tanah, menyerapnya hingga batu pun terpecah, hingga batang pun tak goyah. Wajah kita tengadah, lingkar kambium menegah runtuh teguh dan tabah. Rimbun ranting dedaunan melayah. Halau badai keluh kesah gundah gelisah.

Hanya kita yang punya falsafah, berdiri gagah menggapai langit cerah, sembari menjejak ranah-ranah rendah.Continue Reading

Share

Puspa

Puspa
Cerpen, oleh: Fajrin Yusuf M.

***

Bunga apa ini?” tanyaku kepada suamiku.

Puspa,” jawabnya singkat setelah dia menoleh sekilas pada bunga-bunga putih yang berserakan di tanah; tanah yang sedang kuinjak; tanah yang sedang dirajut akar-akar raksasa sejak lama dengan penuh kesabaran; andai boleh aku pinta sedikit saja si kesabaran itu.Continue Reading

Share

Rumput Laut

Rumput Laut
cerpen, oleh: Fajrin Yusuf M
(untuk melihat terjemahan teks bahasa Sunda, gerakkan kursor ke teks)

Memang betul, orang datang dan pergi, seperti gulung menggulung ombak. Beberapa ombak datang cukup kuat dan meninggalkan bekas; terkadang berupa kehancuran, terkadang berupa ikan-ikan.Continue Reading

Share

Fitri

Subject: Fitri

From: Agus
To: Mei

Dear Mei,

Maafkan aku karena aku tidak sempat bercerita padamu tentang kakaku Fitri. Aku memang tidak punya alasan untuk menceritakannya padamu. Aku telah melupakan kakakku itu, dan aku juga membencinya. Tapi tidak peduli seberapa besar kebencianku terhadap Fitri, aku masih tetap menyayanginya. Bagaimana pun, dia adalah kakak kandungku. Aku tidak menyalahkan dia atas prilaku bejatnya. Nasib kita memang tidak terlalu baik. Kita tumbuh di lingkungan yang buruk, dan dia tidak seberuntung aku. Continue Reading

Share
Share