Al-‘Ashr: Waktu Bukanlah Uang

Al-‘Ashr: Waktu Bukanlah Uang

Sebulan kebelakang ini saya sedang mengusahakan investasi di dua unit usaha kecil. Yang satu, usaha makanan bayi organik milik kakak saya, dan satu lagi usaha kedai susu murni milik teman. Saya bikinlah pitching deck kecil-kecilan dan ikut bantu ngusahain cari investor selain saya sendiri yang bakal invest.

Sayangnya progress yang diidamkan ternyata tidak sesuai harapan. Kendalanya selain dari diri ini yang terlalu terbagi fokusnya, juga dari sisi kontrol timeline yang mestinya dibikin dengan ketat. Akhirnya malah kerjaan di Jelajah Garut (usaha yang udah jalan), jadi agak tersendat dan usaha saya untuk investasi plus mencari investor juga tidak maksimal. Belum lagi ambisi diri pribadi ini yang ingin jadi penulis dan seringkali menghabiskan waktu malam untuk satu fokus nulis saja.

Ini bukan yang pertama kali saya merasa seperti ini. Dulu, saya sempat punya usaha kedai kopi yang bangkrut gara-gara para pengurusnya pada ga bisa fokus. Tapi saya merasa kali ini kasusnya agak berbeda. Kali ini saya merasa optimis dapat melalui ini dengan baik. Alasan utamanya tentu karena hasil pembelajaran tawakkal tiap hari minggu malam di rumah. Wkwkwk… Mungkin klise, tapi seriusan sih ngaruh. Selain itu, pengalaman usaha juga ngasih banyak pelajaran berharga untuk lebih memaksimalkan ikhtiar.

Salah satu pembelajaran utama yang saya pelajari dari dunia usaha adalah tentang waktu. Kesulitan membagi fokus adalah sesuatu yang abstrak; tapi kesulitan membagi waktu adalah sesuatu hal yang praktikal; dapat diselesaikan secara praktis. Untuk membagi fokus, yang mesti dilakukan adalah bikin aturan pembagian waktu buat beberapa fokus itu lalu stick to the rule. Rule nya tidak mesti kaku, tapi bisa dibikin se-fleksibel mungkin sesuai kebutuhan, dan bisa direvisi dari waktu ke waktu.

Seringkali saya mesti mengingatkan diri pribadi, baik dalam bisnis ataupun dalam kehidupan pribadi, bahwa selain anggaran atau investasi keuangan, saya mesti teliti dan selektif dalam menganggarkan dan menginvestasikan waktu.

***

Demi Waktu, Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. ( Al-‘Ashr : 2)

Lumayan menggelitik untuk sedikit berkontemplasi tentang sumpah-sumpah yang dinyatakan Allah SWT dalam Al-Qur’an.

Kita biasanya menggunakan sumpah untuk menekankan bahwa kita tidak bohong, atau bahwa informasi yang akan kita sampaikan betul-betul penting. “sumpah demi potong kuping, saya ngga nyuri,” begitulah kita memakai konsep sumpah dalam berkomunikasi. Si orang yang bersumpah ingin menekankan bahwa dia ngga bohong. Tapi ga ada hubungannya antara nyuri dan potong kuping.

Sementara Allah SWT selalu menyiratkan hubungan antara apa yang disumpahkan dan isi poin utama yang ingin ditekankan.

Waktu dhuha adalah simbol harapan sebagai cahaya yang menggantikan malam bila telah gelap gulita, yang kemudian menjadi sumpah untuk poin utama bahwa Allah SWT tidak meninggalkan/ menelantarkanmu dan tidak pula membencimu. Dst. (Ad-Dhuha) Seolah Allah SWT bilang kepada kita agar jangan putus asa, Allah SWT masih peduli dan sayang pada kita, dan Dia akan mengganti kegelapan dan kesempitan yang meliputi hati ini dengan cahaya, seperti Dia mengganti malam dengan Dhuha. Keren kan?

Dalam surat Al-‘Ashr, Waktu digunakan sebagai sumpah untuk menyampaikan poin utama bahwa manusia berada dalam kerugian. Keren juga sebenarnya, karena bukti utama kerugian manusia adalah dalam hal waktu. Waktu kita selalu berkurang, tidak pernah bertambah. Jika waktu adalah uang, maka uang kita itu terbakar habis setiap saatnya. Jika dipikir-pikir, sepertinya tidak ada sumpah yang lebih tepat untuk menggambarkan kerugian manusia selain waktu yang terus berkurang setiap saatnya.

***

Waktu memang alat tukar, dan kebanyakan orang menukarkannya dengan uang, hingga orang terperangkap pada generalisasi bahwa waktu adalah uang. Tapi menyamakan waktu dengan uang adalah hal yang menyedihkan, karena uang tidak bisa dipakai untuk membeli waktu atau memperpanjang waktu kita di dunia ini.

Saya pribadi ingin menukarkan waktu saya dengan ketenangan hati dalam keimanan dan penghambaan, pasangan yang Qurrota A’yun, anak-anak shaleh yang mendo’akan,  ilmu yang bermanfaat, dan harta yang berkah thoyyibah. Menurut saya, jika dalam hidup ini saya bisa dapatkan hal itu, maka waktu saya telah diinvestasikan dengan baik dan saya ngga akan ngerasa rugi.

Untungnya ada tips sederhana untuk kita yang ingin menukarkan waktu kita dengan hal yang tidak akan membuat kita rugi. Tipsnya adalah menjaga keimanan, berbuat kebaikan, lalu saling tolong menolong dalam kebenaran dan kesabaran. Insya Allah, investasi waktu kita bakal menguntungkan.

Wallahu A’lam

Fajrin Yusuf M.
Garut, 8 Oktober 2018

PS. Alhamdulillah setahun kebelakang ini saya agak berubah dalam hal memanfaatkan waktu. Saya jadi ga terlalu tertarik lagi ngabisin waktu buat nonton persib, atau begadang nonton manchester united, atau nonton film, atau main game, dll. Bukannya saya udah berhenti; karena kadang saya mau aja nonton kalau luang. Saya juga masih bisa nemenin si Ardhi main game kalau dia lagi pulang. Yang saya rasa berubah dari diri ini adalah sikap dalam melihat hal-hal tersebut.

Kemarin juga baca berita hoax bu Ratna, pikiran pertama yang muncul adalah si Fajrin kecil di otak bilang: you know nothing about what really happened; but you know one thing: that this is not worth your time, so just get your focus back on your own shit. Wkwkwkwk…




****

SUKA DENGAN TULISAN SAYA?

Kalau suka, tolong di share dong tulisannya, biar makin banyak yang main ke sini.
Kalian juga bisa berlangganan tulisan saya lho. Klik Disini.
Kalau tidak suka juga tidak apa-apa; boleh lah kritiknya disampaikan di kolom komentar di bawah. 🙂

Share

Published byFajrin Yusuf

AsGar, Social Entrepreneur, Hiker, Writing to Kill Time

No Comments

Post a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Share