Mungkin ini tulisan ketiga saya yang sumber tenaganya berasal dari novelnya Paulo Coelho (dan mungkin yang terakhir karena saya jadi males baca buku beliau lagi), setelah the Alchemist vs the Al-Qur’an dan Veronika yang Memutuskan Mati (yang tulisannya tidak dipublish di blog ini). Kali ini buku yang menjadi alasan saya menulis ini adalah novel beliau yang berjudul the Zahir. Walaupun demikian, tulisan ini bukan tentang buku tersebut. Hanya saja memang karena buku itulah saya menulis ini. Kalian tidak perlu membaca buku itu dulu untuk mengerti tulisan saya ini, dan saya juga tidak sedang merekomendasikan kalian untuk baca buku ini.
Malahan, jika pada dua buku sebelumnya saya ingin mengomentari dan memberi alternatif sisi filosofis yang ditonjolkan buku melalui pendapat filosofis pribadi, pada buku ini, saya hanya tidak tahan ingin memberi kritik pedas karena filosofi tentang cinta di buku ini, setidaknya menurut saya, sangat dangkal dan, walaupun ceritanya (dikesankan) fiksi, sangat sulit diterima. Tapi yah, kalian bisa jadi punya pendapat berbeda kalau baca buku ini dan itu sah-sah saja.Continue Reading