Saya tidak akan bohong, mulai berwirausaha itu sulit. Apalagi jika kalian telah memiliki pekerjaan dan gaji tetap, dan nyaman dengan kondisi tersebut. Kalian ingin terlepas dari atasan dan bebas, sehingga pilihan untuk berwirausaha itu menggoda, tapi kalian juga takut akan kegagalan. Istilahnya, takut nanti kalian seolah tidak bersyukur; pekerjaan yang telah pasti ada ditinggalkan hanya untuk berbisnis yang belum pasti untungnya. Yah, hal-hal itu membuat pilihan untuk mulai berwirausaha itu jadi sulit.
Tapi ada yang lebih sulit dari mulai berwirausaha, yaitu menjalaninya dari waktu ke waktu. Trust me, this will never be easy. Tidak aneh kan jika hanya sedikit saja orang yang memilih berwirausaha.
Jika pilihan kalian sudah mantap untuk mulai berwirausaha, saya punya beberapa petuah yang mungkin bisa berguna untuk kalian. Saya tidak akan memberi petuah seperti “jangan pantang menyerah”, “harus tahan banting”, atau petuah serupa yang bisa kalian dapat dari psikolog. Petuah ini saya usahakan lebih praktikal.
Note: petuah ini bukan buat kalian para pengembang startup yang ingin menjadi unicorn dan melompat besar seperti beberapa startup terdahulu. Petuah ini buat kalian yang ingin membuat ukm sederhana, mungkin jualan kerudung online, jual jasa desain, jualan pisang goreng di pinggir jalan, usaha ternak tuyul, dan sejenisnya.
Jadi beginiah petuah dari saya nak:
- Mulai berwirausaha dengan membuat Business Model.
Ketika kalian ingin mulai berwirausaha, kalian bakal dihinggapi banyak pertanyaan. Pertanyaan “ingin usaha apa?” mungkin dapat dijawab dengan mudah. Tapi jika saya minta kalian untuk menjelaskan “bagaimana?”, mungkin kalian akan berkerut dahi sejenak, dan berfikir, “harus mulai dari mana menjelaskannya ya?”.
Ya, biasanya ketika keinginan untuk mulai berwirausaha muncul, sedikitnya kalian telah memiliki gambaran, tentang produk, proses produksinya, penyedia suplai bahan bakunya, kemasan, mungkin juga pricing dan pemasaran. Tapi bagaimana menjelaskan hal itu kepada saya? Atau tim kalian? Atau diri kalian sendiri? Harus mulai darimana penjelasannya?
Nah, untungnya ada satu tools sederhana yang menurut saya sangat membantu untuk menggambarkan bisnis kalian. Tools ini namanya Business Model Canvas (BMC); yang terdiri dari 9 blok, lihat gambar.
Ada blok Value Proposition, Customer Segment, Customer Relationship, Channel, Revenue Stream, Key Resource, Key Activities, Key Partners, dan Cost Structure. Isi 9 blok ini dengan konsep bisnis kalian nanti, lalu diskusikan dengan tim kalian.
Saya bisa menjelaskan bagaimana cara menggunakan BMC ini secara langsung kepada kalian. Datang saja ke saya dengan membawa sesajen. Kalau ngga bisa datang langsung, kalian juga bisa beli bukunya Alex Osterwalder, si empunya konsep BMC ini. Kalian juga bisa nonton seminarnya si Alex Osterwalder ini di youtube. Mungkin nanti saya akan buat artikel tersendiri untuk menjelaskan BMC ini.
Banyak hal yang membuat tools BMC ini sangat efektif untuk digunakan, diantaranya:
- Sederhana dan mudah dimengerti, hanya satu halaman saja. Jauh lebih sederhana dan mudah dimengerti daripada business plan kaku dengan jumlah halaman kayak skripsi.
- Alat diskusi yang juga mudah dimengerti oleh tim,
- Kemudahan untuk memodifikasi model bisnis,
- Kemudahan untuk menjelaskan bisnis kalian kepada orang lain (investor misalnya)
Intinya, model bisnis adalah gambaran bisnis kalian. Jangan pernah terjun ke dunia usaha tanpa rencana yang matang tentang bagaimana bisnis kalian akan berjalan nantinya; sekecil apapun skala usaha kalian.
- “Don’t sell what you can produce. Produce what you can sell!”
Saya dapat petuah itu dari seorang dosen SBM ITB ketika saya mempresentasikan bisnis kopi saya dulu di sebuah acara temu investor. Walau saya tidak begitu suka, kutipan di atas bermakna sangat dalam! Saya akan kasih tahu mengapa.
Dulu, saya presentasi ke beberapa calon investor di SBM tentang bisnis kopi Garut, tahun 2013. Waktu itu saya sudah punya supply kopi Garut, tahu sedikit banyak tentang kopi, dan percaya diri dengan produk kopi Garut yang berkualitas. Saya pikir bisnis kopi ini menjanjikan (dan memang menjanjikan). Tapi salah seorang calon investor yang menonton presentasi saya cuma ngasih saya saran ini, “Don’t sell what you can produce. Produce what you can sell!”
Intinya adalah pemasaran… Oke, mungkin saya memang punya produk kopi yang bagus, tapi kalau tidak bisa memasarkannya, usaha saya bakal mati juga (dan memang sudah mati).
Poin penting dari petuah ini adalah: pemasaran itu lebih penting daripada produksi (atau service jika usaha jasa). Kalian mungkin tidak setuju, tapi itulah petuah saya. Yah, minimal garaplah pemasaran produk kalian ‘sama seriusnya’ dengan ketika kalian menggarap kualitas produk/jasa kalian. Salah satunya bentuk riil-nya adalah dengan merencanakan dan menganggarkan dana pemasaran ‘sama seriusnya’ dengan kalian merencanakan dan menganggarkan dana produksi.
Saya sama Rizqan dan Aghnia, ikut pameran di Depok Town Square
Nanti saya akan bikin artikel lain tentang pemasaran. Tapi kata beberapa sumber, seperti entrepreneur.com, katanya untuk usaha baru, anggarkan sekitar 12% hingga 20% dari omzet/total penjualan. Itu cuma saran sih.
Lebih lanjut, si dosen lebih suka model bisnis yang market based, bukan product based. Jadi, alih-alih punya produk yang bagus, lebih baik punya market yang bagus dulu. Misal, jika saya punya lokasi yang bagus untuk jualan kopi Garut, atau punya banyak potential buyer, atau kopi Garut ini dibutuhkan banyak orang di suatu tempat tertentu yang sudah saya sasar, maka model bisnis itu mungkin jadi dua kali lipat lebih bagus.
Kebanyakan kalian, ketika ingin mulai berwirausaha, pasti mulai dengan produk/jasa. Entah itu jualan kue, jualan baju, jualan pernak-pernik, jualan jasa desain, atau jualan apapun, kebanyakan kalian akan mulai dengan si “apapun”, bukan mulai dari si “jualan”. Saya juga termasuk yang seperti itu. Yah, saya taunya kopi, ya saya mulai dari kopi.
Banyak orang yang bisa membuat, tapi sedikit orang yang bisa jualan.
Mulailah dari kata “jualan”. Oke, anda punya produk. Tapi bagaimana kalian bisa jualan produk itu? Media apa yang bisa digunakan untuk menyampaikan informasi produk kalian ke calon pembeli? Siapa si calon-calon pembeli ini? Bagaimana perilaku mereka? Mereka ini ada dimana atau biasa berkumpul dimana? Perlukah punya toko atau tempat yang dekat dengan mereka? Apakah mereka sering online? Adakah grup facebook yang merepresentasikan si calon-calon pembeli ini? Jawablah pertanyaan-pertanyaan ini hingga tuntas; hingga kalian tahu strategi pemasaran yang paling efektif dan efisien untuk usaha kalian. Lalu anggarkan modal kalian untuk pemasaran.
Jangan pelit! Jika modal kalian kecil, jangan bikin produk yang banyak; bikinlah dulu media promosi yang banyak. Ketika kalian pede dengan cara jualan kalian, besaran modal pemasaran kalian, juga dengan produk kalian, maka saya akan merestui kalian untuk mulai berwirausaha…
Btw, presentasi di SBM itu akhirnya kacau parah sih; tadinya saya mau nyeduh kopi Garut buat para investor pake French Press, tapi ketika si alatnya di press, air kopi-nya malah meledak dan meluber kemana-mana. Wkwkwk… Total Disaster!!
- Brainstorming, Eksekusi, Evaluasi, Ulangi
Katanya jika ingin mulai berwirausaha, kalian itu mesti pantang menyerah dan tahan banting… Tapi jika kalian berkali-kali dibanting oleh rintangan yang sama karena sebab yang sama, mungkin kalian mesti menyerah, karena itu berarti kalian ngga belajar… Jangan sampai Hardwork kalian cuma jadi Insanity, seperti yang dibilang pak Einstein, “Insanity is doing the same thing over and over again, and expecting different results.”
Karena itu, biasanya setiap awal bulan, saya sama tim melakukan rapat besar. Agendanya Evaluasi sebulan kebelakang dan brainstorming untuk sebulan ke depan. Biasanya di rapat ini ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab?
- Evaluasi operasional bulan kemarin. Berapa biaya yang keluar? Buat apa? Bisakah dihemat? Atau malah terlalu hemat? Apakah beban kerja sudah cukup proporsional? Perlukah menambah pekerja, dan semacamnya. Lalu lanjutkan dengan brainstorming operasional sebulan kedepan.
- Evaluasi penghasilan dan pengeluaran bulan kemarin. Berapa? Dari mana? Mengapa jumlahnya sekian besar atau sekian kecil? Amati Cashflow!!!
- Evaluasi pemasaran bulan kemarin. Melalui media apa saja? Efektif kah? Perlukah diperbesar jangkauannya? Lalu lanjutkan dengan brainstorming pemasaran sebulan kedepan.
- Konversi hasil brainstorming kalian menjadi sebuah timeline kerja sebulan kedepan. Lalu eksekusi timeline tersebut.
Jika kalian sudah mengenal lini bisnis kalian dengan baik, proses ini akan semakin mudah dilakukan namun semakin menuntut untuk inovasi. Tapi jika kalian masih baru mulai berwirausaha, proses ini bisa bikin kalian frustrasi. Ketika orang bilang jangan menyerah, itu bukan hanya tentang determinasi untuk meneruskan usaha, tapi juga tentang memperbaiki diri dan memperbaiki strategi.
Banyak usaha kecil yang berjalan seperti mengikuti air mengalir. Memang bisa saja berhasil sampai ke samudera kesuksesan, tapi jika hanya mengikuti arus saja seperti air, bisa juga nanti masuk ke kamar mandi orang lain dan berakhir di septic tank.
- Timeline dan Cashflow
Jika sebuah perusahaan diibaratkan sebagai tubuh, maka cashflow itu ibarat aliran darah sedangkan timeline adalah sistem pernafasan tubuh kalian. Setampan apapun wajah (produk) kalian, sekuat apapun (modal) tubuh kalian, jika aliran darah (uang) macet atau sistem pernafasan (timeline) gagal berfungsi, maka (usaha) kalian bakal mati juga. Pahami itu dengan cermat!
Sekaya apapun, modal kalian pasti terbatas, waktu kalian juga terbatas. Jangan beri toleransi pada apa yang membuat macet aliran darah usaha kalian dan pernafasan usaha kalian. Misal, orang yang kasbon itu mengancam usaha kalian jika terus-terusan dan lama bayarnya; atau jika partner kalian tidak bisa mengerjakan tugas penting karena satu dan lain hal, maka harus cepat dihandle oleh yang lain karena itu juga membahayakan keberjalanan usaha.
Mungkin karena itu banyak orang yang mewanti-wanti agar jangan berbisnis bersama keluarga. Karena kalau dijadikan partner susah negurnya, kalau dijadikan konsumen susah nagihnya, hehe…
Selalu amati cashflow dan eksekusi timeline, karena dua hal itulah hidup mati usaha kalian. Banyak usaha yang mati hanya karena kehabisan modal sebelum bisa mulai usaha. Banyak juga usaha yang mati hanya karena ga bisa jualan tepat waktu akibat terhambat satu dua orang yang gagal menjalankan tugas.
- Catat dan dokumentasikan!
Sekecil apapun usaha kalian, pencatatan keuangan adalah hal yang mutlak dilakukan. Kalau tidak dicatat ya mau darimana kalian tahu usaha kalian untung atau rugi?
Selain nota-nota keuangan dan pembukuan, hal-hal lain juga mesti kalian dokumentasikan sebagai bahan pembelajaran kalian. Data konsumen, perjanjian kerja sama, keberjalanan usaha, aset-aset, notulensi rapat dan timeline, semua harus terdokumentasikan dengan baik dan dapat diakses dengan mudah oleh tim.
- Tentang Partner dan Tim!
Usaha dalam tim, itu lebih mudah daripada sendiri. Sesama anggota tim bisa saling melengkapi kekurangan masing-masing, baik dalam hardskill maupun softskill. Tapi yah, memilih partner usaha itu memang gampang-gampang susah. Salah-salah nanti kalian malah bangkrut karena partner atau tim kalian. Pilihlah partner yang sudah betul-betul kalian percayai kapasitas dan integritasnya.
Jika kalian sudah punya partner, pastikan kalian menyetujui beberapa hal:
- Asas partisipatori: bahwa semua keputusan akan diambil bersama, kecuali yang telah sebelumnya disetujui sebagai job desc masing-masing. Semua anggota tim harus ikut andil dalam keberjalanan usaha agar tumbuh rasa memiliki dan akhirnya membuat tim menjadi solid.
- Asas akuntabilitas: bahwa setiap anggota tim bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas yang telah dibebankan kepadanya, menyelesaikannya dengan sebaik kemampuannya dalam tenggat waktu. Setiap anggota tim harus dapat diandalkan dan memiliki integritas.
- Asas transparansi: bahwa informasi tentang keuangan perusahaan akan terbuka bagi setiap anggota tim. Tidak ada sesuatu pun yang disembunyikan, terutama masalah keuangan.
Banyak usaha yang mati karena ulah partner yang tidak bertanggung jawab, atau karena partner memilih pergi karena kurangnya rasa memiliki, atau karena pengelolaan uang yang tidak transparan sehingga menimbulkan ketidak-percayaan. Jangan sampai usaha kalian mati hanya gara-gara hal ini.
***
Kira-kira begitulah petuah dari saya yang juga baru mulai berwirausaha. Saya juga masih belajar. Jadi hayuk kita belajar bersama. Masih banyak yang ingin dibahas sebetulnya; tentang permodalan, detil pemasaran, dan lain-lainnya… mungkin ditahan dulu idenya untuk tulisan-tulisan berikutnya, hehehe…
SUKA DENGAN TULISAN SAYA?
Kalau suka, kalian bisa berlangganan tulisan saya lho. Klik Disini.
Kalau tidak suka juga tidak apa-apa; boleh lah kritiknya disampaikan di kolom komentar di bawah. 🙂
No Comments