Nyamuk-Nyamuk di Depan Stasiun Kota Baru Malang

Nyamuk-Nyamuk di Depan Stasiun Kota Baru Malang

Stasiun Kota Baru Malang.

Kata kakak saya, hanya nyamuk perempuan yang menggigit manusia. Itupun bukan karena lapar, tapi karena para nyamuk perempuan membutuhkan protein dalam darah manusia untuk meneruskan keturunannya. Atas alasan itulah, kakak saya membiarkan para nyamuk di kamar kostnya untuk menggigitinya setiap malam. Selain juga agar beliau bisa menyombongkan dirinya; hei saya setiap malam dikerubungi wanita loh…

nyamuk wanita.

***

Tidak seperti kakak saya, saya adalah seorang anti-nyamuk yang cukup radikal. Saya selalu berusaha membunuh nyamuk yang mendekati tubuh saya. Tepukan tangan, baygon bakar, baygon semprot, baygon listrik, raket listrik, cicak, tutup panci berminyak, autan oles, autan seduh, hampir semua senjata pembunuh nyamuk pernah saya gunakan, kadang tanpa belas kasihan.

Bahkan setelah diberi tahu kakak saya, saya malah lebih ingin membasmi klan nyamuk seperti Genghis Khan menyapu bersih lawan perangnya. Setelah tahu selama ini saya hanyalah pembunuh nyamuk wanita, saya jadi ingin juga membunuh para nyamuk lelaki yang enak saja menghamili, lalu membiarkan perempuannya pergi mempertaruhkan nyawanya untuk bertarung dengan homo sapiens…

***

Malam itu saya tidur di pinggir jalan, di pelataran Stasiun Kota Baru Malang. Ini bukan yang pertama kalinya saya tidur di pinggir jalan seperti itu, jadi bukan pertama kali juga saya bertarung dengan nyamuk-nyamuk got selokan pinggir jalan.

Kami sempat curi-curi kesempatan untuk pindah ke dalam stasiun, tapi langsung di usir oleh petugas. Tentu berurusan dengan nyamuk lebih mudah dibanding berurusan dengan petugas. Jadi kami memilih tidur di depan stasiun hingga subuh tiba.

Saya hanya membawa satu sachet autan, dan saya berikan pada kawan perjalanan, mang nopa, yang terlihat begitu jengkel dengan para nyamuk. Sementara saya, saya sedang terlalu lelah untuk menanggapi deklarasi perang para nyamuk. Tubuh saya lelah karena baru dipakai naik-turun gunung Semeru. Dan jiwa saya lelah karena tidak berhasil menemukan obatnya di gunung yang baru saya daki.

Bahkan ketika saya melihat seekor nyamuk hinggap di tangan saya, saya merasa terlalu lelah untuk membunuhnya. Saya malah berfikir,

Apakah nyamuk ini tanda dari Tuhan?

Saya diam tertambat, tapi tetap tersesat. Saya begitu putus asa mencari langkah pertama. Puncak gunung sudah saya capai, tapi saya tetap terdiam.

Nyamuk inikah jawaban dari Tuhan? Dapatkah makhluk sekecil ini memberi saya damai?

Pikiran saya pasti sedang kacau sekali, karena kemudian saya berfikir,

Mungkin saya harus ikuti jalan kakak saya, saya harus berhenti memerangi nyamuk. Mungkin dari nyamuklah nanti Tuhan memberi saya jawaban…

***

Hari itu, subuh tiba dengan cepat; hanya dalam satu kali pejaman mata. Sepertinya, saya memang lebih mudah tidur di pinggir jalan gitu dari pada di atas ranjang, haha… dan saya tidak merasa ada bentol satupun di tubuh saya…

Saya teringat al-Baqarah ayat 26-27 ketika shalat subuh, dan saya pun membacanya…

“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?.” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik” (26)

 

“(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.” (27)

Tetiba saya merasa tersindir…
Astaghfirullah…

Fajrin Yusuf M
Stasiun Kota Baru Malang, Malang-Garut, Juni 2013

Semoga pak satpam yang melarang kita tidur di dalam Stasiun Kota Baru Malang mendapat kehidupan yang damai dan berkah.

*******


Suka dengan tulisan saya?

Kalau suka, kalian bisa berlangganan tulisan saya lho. Klik Disini.
Kalau tidak suka juga tidak apa-apa; boleh lah kritiknya disampaikan di kolom komentar di bawah. 🙂

Share

Published byFajrin Yusuf

AsGar, Social Entrepreneur, Hiker, Writing to Kill Time

No Comments

Post a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Share